Kamis, 27 September 2018

Shubuh bersama Bapak

"Mas, bangun udah shubuh..." 

Seseorang menggoyang-goyangkan tubuhku sembari membaca doa bangun tidur dan doa al-ma'tsurat, aku tau itu. Bapakku. Tapi aku tak peduli mencoba untuk fokus tidur kembali, lantas wajahku dan badanku terasa dingin sekali, air ini, pasti air. Mataku mengerjap, karena mau nggak mau harus bangun karena aku beliau wudhu-kan saat tidur.

"Susah sekali dibangunin, matanya mas kena kencing setan ini" ayah tersenyum. Aku kaget. Ya iyalah setan kurang ajar, emang mataku WC pakek kencing di mata segala. Pasti nggak pernah di sekolahkan atau paling nggak diajarin orang tuanya setan sopan santun. Dasar setan!

"Ayo kita shalat shubuh di masjid.. Siap-siap, mas yang Adzan yaa" kata bapak sembari beliau meninggalkan kamarku.
Seperti biasa ketika baru bangun aku senam dulu atau kadang kalau lagi ngantuk berat tidur lagi dan bapak siap menampar bokongku. Hehehe.

"Pak, ini ke mushola naik sepeda? Nggak naik sepeda motor aja? Kan jauh"
"Sepeda motornya kan sedang di service, jadi kita ke musholla naik sepeda aja ya.."
"Nggak shalat di rumah saja, kenapa harus di masjid sih?"
"Mas, shalat di masjid itu lebih utama, apalagi laki-laki harus ke masjid. Apalagi ini shalat shubuh. Shalat qabliyah-nya saja lebih baik daripada dunia dan seisinya. Bagaimana dengan Shalat wajibnya? Lebih-lebih malah. Paham?" *kurang lebih nasihat beliau seperti ini tapi dengan versi lebih lembut.

Aku yang waktu itu masih kecil, kelas 3 SD hanya bisa mengangguk paham mendengarkan nasihat beliau, yang aku tau aku ke mushola cuma ingin adzan. Aku suka adzan. Mungkin sampai sekarang.

Dari kecil aku suka bertanya-tanya perihal agama kepada bapak. Apapun. Seperti,
"Kenapa ada orang yang shalat shubuhnya pakai qunut ada yang nggak?"
"Kenapa ketika tahiyat akhir ada yang telunjuknya lurus dan ada pula yang digerak-gerakkan naik turun?"
Dan bapak selalu menjelaskan dengan sangat jelas. Bapak mengajariku banyak hal, seperti doa ketika masuk masjid dan keluar masjid, doa masuk atau keluar rumah, doa mau tidur dan bangun tidur. Hampir semua doa beliau ajarkan kepadaku. Kadang aku sampai bertanya-tanya kenapa sih mau masuk atau keluar rumah aja baca doa? Atau kenapa bercermin saja baca doa?

Setiap pelajaran-pelajaran yang bapak berikan ketika aku bersama beliau, baru aku rasakan manfaatnya sekarang, seiring dengan bertambah dewasanya aku. Kadang yang dulu dipikir "Apaan sih orang tua nyuruh kita melakukakan seperti ini... Seperti itu..."
Sekarang "Iya juga ya, dulu aku masih kecil nggak ngerti apa-apa, orang tua yang mengarahkan. Ternyata ini toh maksudnya."

Sebentar. Aku menangis dulu.

Sudah.

Yuk lanjut.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar