Minggu, 20 Mei 2018

Diusir dari kosan part 4(Tamat)

Oke akhirnya sampai juga part terakhir dari cerita ini. Sebenarnya udah mau update dari beberapa hari yang lalu tapi karena leptop rusak jadi nggak bisa update part terakhir. Selamat membaca.
Akhirnya pakde dan bude datang ke kosku malam-malam, padahal aku tahu mereka habis kerja dan waktu itu kira-kira pukul 11 malam dan mereka bela-belain datang ke kosku untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Kadang aku merasa nggak enak, bagaimana tidak? Sungguh sangat merepotkan sekali sebenarnya, jam 11 malam waktunya istirahat dan harus bangun pukul 3 pagi untuk sahur(karena kejadian itu ketika ramadhan). 


Ketika ada tanda-tanda kedatangan pakde dan bude, lampu rumah ibu kos yang semula menyala entah kenapa tiba-tiba dimatikan. Baru ketika pakde keluar dari mobil beliau dihadang oleh penjaga komplek sekitar rumah yang biasanya bertugas membuka dan menutup portal. 

"Maaf ada apa ya pak?" kata penjaga komplek.
"Saya ingin bertemu dengan yang punya kos, apakah beliau sudah tidur? Ini ada masalah dengan keponakan saya. Saya ingin berbicara dengan pak kos atau ibu kosnya" kata pakde tegas.

Penjaga komplek memunculkan raut muka kebingungan karena tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sampai akhirnya di dalam rumah ibu kos, lampu menyala dan seseorang sedang membuka pintu.

Aku tanpa ba bi bu lagi, barang-barang yang sudah aku packing sebelumnya ketika sembari menunggu kedatangan pakde dan bude ke kos, aku angkat dan akan aku masukkan ke bagasi mobil tiba-tiba,

"Mas, malam-malam begini peraturannya tidak boleh pindahin barang ya..." kata penjaga komplek yang memegang pundakku untuk mencegah aku memindahkan barang.
Aku diam. Hari itu aku tak ada mood sama sekali untuk bercanda atau pun tersenyum karena masalah ini. Aku hanya menoleh datar dan seseorang keluar  membuka pintu mobil dan berkata,

"Mas jangan ganggu adek saya" 

seseorang itu adalah abangku. Bukan abang kandung sih, tapi abang keponakan lebih tepatnya. Dengan gesture untuk meminta pergi, penjaga komplek hanya mengangguk dan pergi begitu saja, seolah takut melihat abangku yang badannya gede ini. Aku pun melanjutkan aktivitasku memindahkan barang ke mobil.

Ketika aku sibuk memindahkan barang di sisi lain ada pakdeku yang bertemu dengan ibu kos dengan nada setengah marah. Ibu kos dengan karakter yang keras kepala dan pakdeku dengan karakter tegas membuat pertarungan mulut berlangsung seru dan alot. Sedangkan budeku yang dari rumah sudah berniat untuk ikut marah mengurungkan niatnya. Belakangan aku diberi tahu kalo ibu kos sudah gentar menghadapi pakdeku, dengan tangan berkeringat dan gemetaran. Dengan penjelasan dan bukti-bukti yang kuat, terbayar sudah bahwa aku di posisi yang benar. Dan dengan penjelasan-penjelasan semacam,

"Saiful itu meskipun anaknya pendiam dia itu jujur dan bisa dipercaya anaknya" kata pakde yang aku dengar dari dalam kamar kosku.

Ah, sungguh. Aku tak bermaksud untuk pencitraan dalam hal ini. Itu kata-kata yang diucapkan oleh pakdeku saat itu. Kau tau? Sangat berat sekali kalo orang sepertiku mendapatkan sebutan jujur dsb. Aku takut kalo nanti semisal berbuat tidak jujur atau goyah misalnya. Walaupun di lain sisi aku mencoba untuk terus menjadi lebih baik lagi. Tapi aku rasa aku masih belum pantas jika harus mendapatkan predikat orang yang jujur dan dapat dipercaya. Ya aku hanya berpikir untuk tidak membuat orang lain kecewa itu saja.

Akhirnya dengan penjelasan panjang lebar dan cukup lama akhirnya kami, aku, pakde, bude dan abangku pamit setelah sebelumnya saling meminta maaf dan ibu kos mengakui bahwa beliau lupa dan meminta maaf atas kejadian ini. 

Yang aku ingat dari kata-katanya,

"Saya mikirnya saiful itu anaknya pendiam aja, jarang keluar kamar. Paling ke kampus habis itu pulang di kamar terus."

Mungkin ibu kos ini menganggap aku orangnya aneh, tertutup. Jadi pikiran beliau itu aneh-aneh tentangku, Aku jarang sekali berinteraksi dengan ibu kos. Paling ketika bertemu menyapa sekedarnya dan tersenyum ramah. Itu saja. Selepas masalah ini aku mendapat nasehat dari pakdeku bahwa,

"Ful, sampean kalo ketemu ibu kos itu jangan cuma menyapa saja, ajak ngobrol juga, cobalah untuk basa basi. Sepertinya orangnya kesepian gitu. Ibu kos nggak punya anak tah? Beliau itu pengennya kalo kamu ketemu ibu kos jangan grusa grusu gitu loh."

*Grusa grusu = maksudnya adalah seperti kita mengacuhkan orang lain. Sehingga tidak ada basi-basi mengajak orang lain untuk bicara. 
Aku kadang bingung soal ini, Ajak ngobrol? Basa basi? Itu bukan karakterku sama sekali. Mungkin aku bisa ngobrol tapi kan yaa aku repot. Kadang kuliah sampai sore, ngerjain tugas. Ngobrol? Are you kidding? No no, apalagi basa basi. Kalo aku mencoba untuk basa basi jatuhnya jadi basi beneran nanti.

Tapi untuk nasehatnya masih tetap aku pikirkan dan aku coba untuk mulai membenahi diri setelah kejadian ini. Mencoba ramah dan berbaur dengan orang lain. Ya semoga dari 4 part yang aku tulis bisa jadi pelajaran untuk kita semua. 

TAMAT.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar