Kamis, 26 April 2018

Diusir dari Kosan Part 3

Aku masih memikirkan tawaran dari ibu kos, apakah aku harus membayar setengah harga dari kosku atau keluar dari kos dan membayar penuh kos selama satu bulan? Ingin hati rasanya pergi dari kos diam-diam. Apa daya hati nurani berkata jangan. Aku masuknya baik-baik keluarnya juga baik-baik. Sungguh tidak berakhlak sekali kalo sampai aku pindah kos diam-diam tanpa sepengetahuan ibu kos. 


Sampai akhirnya,
Sebuah chat wa masuk, dan tertulis pengirimnya "Ibu Kos". Pesannya berisi,

Bagaimana, apa keputusanmu ful?

Aiiish, waktu itu kuliah lagi banyak-banyaknya tugas dan itu membuat fokusku terpecah dengan masalah seperti ini. Bukan, aku bukan tidak bisa mengambil keputusan dalam pilihan. Tapi jujur saja, pilihan yang diberikan benar-benar merugikanku. Aku hanya membaca chat dari ibu kos tanpa ada niatan untuk membalasanya. Kesal rasanya. Auk ah gelap.

Aku masih melakukan kegiatan seperti biasanya, kuliah, pulang, organisasi, ngerjain tugas, main ke ind*maret buat ngadem bentar terus keluar. Gitu terus.

Dan seperti biasa juga teman-teman main ke kosku menghabiskan air galonku tanpa merasa bersalah, dan mereka tidak tau tentang masalahku. Semua berjalan seperti biasa.

Hingga pada akhirnya, ketika aku keluar membawa tas ranselku yang di dalamnya ada leptop, untuk mengerjakan tugas kuliah di kedai kopi dengan fasilitas free wifi, walaupun yang saya pesan adalah susu putih. Yaudahlah. 

Ibu kos menghampiriku dan menahanku untuk keluar, tampak dari wajahnya memperlihatkan raut muka marah.
"Saiful, Kenapa kamu nggak bales chat saya? Kok chat saya cuma dibaca saja? " 
"Maaf bu saya belum bisa memilih pilihan yang ibu tawarkan, karena pilihan itu merugikan saya bu"
"Kamu ini, kamu udah nggak nyaman kan tinggal disini? Ini belum pernah kejadian loh seperti ini, baru kali ini. Udah tanggal berapa ini? Saya loh yakin kamu cuma bayar dua bulan kemarin itu"
"Dan saya yakin juga saya sudah bayar tiga bulan, dan itu tidak mungkin salah. Karena saya ingat betul saya bayar untuk tiga bulan." kataku tidak mau kalah.
"Ya tapi saya menerimanya cuma dua bulan. Mungkin uangnya ada yang kamu pakai untuk keperluan lain barangkali. Apa gitu..."
Waduh nih ibu-ibu udah su'udzon ke aku, kalo aku menggelapkan uang pembayaran kos dari orang tua. Ini kan bahaya main gelap-gelapan uang. Mending terang-terangan, kelihatan jelas nominalnya. Apasih.

Aku tersinggung sih sama ucapan itu, seolah dia ingin berkata, halah ngerti aku anak muda jaman sekarang nggak bisa dipercaya. Kasih kepercayaan dikit sama orang tua, ujung-ujungnya mengecewakan.

"Maksud ibu apa??!!" nadaku agak meninggi mendengar hal ini. Selama ini aku cukup sopan dalam berbicara dengan ibu kos, tapi mendengar pernyataan ibu itu rasanya sakit sekali. Aku nggak pernah berbicara kasar dengan orang tua apalagi ibu, tidak tahu kenapa. Semacam ada dalam diri yang selalu mengingatkan "Jangan ful, jangan berlebihan. Ingat di depanmu itu perempuan. Bersikaplah sopan."

"Saya selama ini selalu cukup dengan apa yang diberikan oleh orang tua saya kepada saya. Saya tidak pernah berlebih-lebihan dalam menggunakan uang jajan saya selama satu bulan. Saya membeli apa saja yang menurut saya perlu, buku, makanan tidak pernah lebih dari itu. Ibu berprasangka buruk ke saya." Lanjutku.
"Ya kan siapa tau kamu barangkali lupa."

"Maaf bu soal pembayaran itu bukanlah hal sepele mana mungkin saya lupa akan hal itu."

"Kamu ini, jujur ya anak yang kos sebelum kamu itu nggak pernah loh mengalami hal yang seperti ini. Dan juga saya itu tidak suka dengan teman-teman kamu itu, menginap di sini, seharunya mereka bayar kalo menginap, semua fasilitas yang ada di kos ini cuma buat kamu, temenmu ya nggak boleh pakai. Lihat kran ini..." ibu kos menunjuk kran yang ada di depan kamar kosku.

"Kran ini pernah kesenggol motor temen kamu, terus airnya menyala terus. Ini kan buang-buang air."

"Maaf bu, tapi jangan menyalahkan teman saya, saya yang salah. Kan kemarin katanya ibu sudah memaafkan ketika teman saya ingin membayar biaya untuk dia yang sudah menginap di kos saya, terus ibu menolak katanya tidak apa-apa, kok sekarang malah menyalahkan temen saya? Dan untuk kran, siapa tau kan yang menyenggol orang lain atau kucing barangkali. Kenapa ibu jadi menyalahkan temen saya atas insiden mengucurnya air kran ini."
Perempuan itu bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan.
"Soalnya saya kemarin liat temen kamu nyenggol lagi krannya itu waktu kesini kemarin."
"Kalo begitu saya minta maaf atas kesalahan teman saya. Saya tidak sependapat jika teman saya disalahkan sepenuhnya. Bagaimana tidak? Logikanya saja, jika saya mandi 5 kali sehari apakah diperbolehkan? Boleh pasti. Kan terserah saya. Nah, masalahnya saya mandi 3 kali sehari. Untuk 2 kali pembuangan air untuk mandi ini saya berikan untuk teman saya hanya untuk buang air kecil kan nggak masalah, ketika mereka main ke kos. Kalo pun mereka mandi juga tidak masalah, nggak mungkin mandinya berkali-kali, toh mereka cuma main sebentar di kos saya. Menginap juga kalo ada tugas. Itu pun belum kalo seandainya saya bisa kagebunshin no jutsu." 

"APA?! Kagae??? HA?"

"Oh bukan bu, ibu salah denger kayaknya..."

"Kalo begitu, kalo kamu sudah nggak betah tinggal di sini, kamu boleh kasihkan kuncinya malam ini atau besok pagi.."
Ibu kos berjalan melengos pergi masuk ke rumahnya. Meninggalkan aku yang sendirian melongo mendengar hal ini. 
Bingung. Bagaimana bisa tega sekali menyuruhku pindah malam-malam begini. Padahal besok aku mesti bangun jam 3 untuk sahur. Dan sekarang aku harus memikirkan bagaimana cara untuk pindah kosan dengan cepat. Dan satu-satunya cara adalah, telpon saudaraku yang ada di surabaya pinjam mobil untuk mengangkut barangku dengan resiko kemarahan dari pihak keluargaku tak terbendung.

KRIIIIIINGGG!!!! *ya emang nggak gini juga sih nelponnya, yaudalah yaa*

"Bude, begini saya diusir dari kosan ini, boleh pinjam mobil?"
"APAA!!!! DIUSIR??? YA ALLAH, BERANINYA IBU KOSMU ITU MENGUSIR KAMU. KAMU DIUSIR MALAM INI?"
"I..iya bude" mendengar bude marah-marah saja membuat saya jadi gemeteran mendengarnya. Budeku lebih galak dari bu dan*dy SERIUS!!!
"Kalo begitu habis ini bude kesana sama pakdemu.."
Aku menunggu, dan mencoba menelpon ibu, untuk memberi kabar. Kasihan ibu di rumah pasti kepikiran. 

"Santai bu, semua masalah pasti beres. Saiful pasti bisa menyelesaikannya kok.."
"Santai-santai, gimana nggak kepikiran, lah sampean ini diusir le tole..."

"Iya tapi saiful gpp, lagi pula kan ada bude. Nanti bude kesini"
Aku mencoba menenangkan ibu, walaupun sebenernya aku tau nggak mungkin ada orang tua saat anaknya terkena masalah malah tenang-tenang saja. Pasti kepikiran, takut nanti anaknya tidur dimana? dimarahin atau bagaimana. Dan pikiran-pikiran negatif lainnya. Dan fyi, ibu nggak bisa tidur sampai jam 1 malam karena masalah ini. Begitu pula dengan pakde dan bude padahal besok pagi mereka harus sahur juga dan paginya harus kerja. Terima kasih banyak untuk pakde dan bude, dan I LOVE LOVE LOVE YOU MOM. 

Lanjut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar